Halaman

Rabu, 09 Maret 2011

Imanku Compang-Camping

"Nasihati aku dikala kita hanya berdua, jangan meluruskanku di tengah ramai, sebab nasihat di depan banyak manusia terasa bagai hinaan yang membuat hatiku luka."
-Asy-Syafi'i, Diwan-

Menjalani sebuah ukhuwah ialah menjalankan dengan nasihat (ketulusan) dalam menyeru kepada yang ma'ruf, mencegah kepada yang mungkar. Saling mengingatkan kealpaan, memberi teladan. Memberi cahaya, bukan kegelapan. Memberi harum bunga, bukan busuknya bangkai. Menyajikan bunga, bukan durinya. Mempersembahkan kelinci, bukan landak. Begitulah ukhuwah kita, menuju keridhoan-Nya. Amin...

Kawan, saat kualpa, kauingatkan aku dengan lembut, menasihatiku dengan tulus, kauberikan nasihat di saat tak ada orang lain yang melihat, tak ada tujuan lain selain untuk menjaga hati kecilku tak terluka. Nasihatmu menyentak, tapi menyejukkan, bukan melukai. Rabbi, terima kasih kau telah datangkan kawan yang begitu tulus. Dan untukmu kawanku, terima kasih kau telah mengingatkanku dan tetap menjaga hatiku tak terluka. Walaupun sebenarnya kita tak saling kenal, tak bersama, tapi kumengenalmu dengan indah imanmu. Inilah indahnya ukhuwah.

Teladan, kau tak pernah paksakan itu. Memberi tanpa kaumerasa tinggi, memberi nasihat dengan ketawadu'an, itu yang kurasa. Dengan kerendahan hatimu, kaumengingatkan kealpaanku. Damai ketika kauucapkan kalimat toyyibah, kalimat-kalimat kebaikan yang menjadi pegangan selain Al Quran dan Al Hadist. Aku, kau, kalian, kita, bersama menuju Allah dalam dekapan ukhuwah.

Kawan, jika kamu tak nyaman di sampingku, sebenarnya ada yang salah di antara kita. Siapa yang salah? Bisa aku atau kamu, tapi terlebih sering aku yang salah. Imanku compang-camping, imanku berantakan, imanku tak terawat, imanku terbengkalai. Jadi kawan, seharusnya dirikulah yang meminta maaf kepadamu, bukan sebaliknya. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan yang kubuat. Akulah, manusia dengan iman yang compang-camping.
READMORE - Imanku Compang-Camping

Keterhijaban dan Baik Sangka

by Achmad Chabib Nursalim on Friday, 04 March 2011 at 12:59

"Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (Al Mu'min [40]: 60)

Ada sebuah cerita yang menarik yang saya kutip dari sebuah buku. Ketika saya baca, mungkin teman-teman pernah membacanya, tak terasa air mata pun keluar, mengharukan. Semoga bermanfaat untuk kita semua, berikut ceritanya:

Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh.

"Di mana keadilan Allah?", ujarnya. "Telah lama aku memohon dan meminta pada-Nya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan pada-Nya. Kujauhi segala larangan-Nya. Kutegakkan yang wajib. Ketekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah. Aku berdiri di waktu malam. Aku sujud di kala Dhuha. Aku baca kalam-Nya. Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikut jejak Rasul-Nya. Tapi hingga kini Allah belum mewujudkan harapanku itu. Sama sekali."

Saya menatapnya iba. Lalu tertunduk sedih.

"Padahal," lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, "Ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkannya. Di mana keadilan Allah?"

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya. Saya bisa saja mengatakan,"Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlena! Jangan heran kalau doamu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai beterbangan. Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah karena dia merahasiakan amal shalihnya!"

Saya bisa mengucapkan itu semua atau banyak kalimat kebenaran lainnya.

Tapi saya sadar. Ini ujian dalam dekapan ukhuwah. Maka saya memilih sudut pandang yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekedar terinsyafkan tapi sekaligus terluka. Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.

Maka saya katakan padanya,"Pernahkah engkau didatangi pengamen?"

"Maksudmu?"

"Ya, pengamen," lanjut saya seiring senyum. "Pernah?"

"Iya. Pernah." wajahnya serius. Matanya menatap saya lekat-lekat.

"Bayangkan jika pengamennya adalah berpenampilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyianmya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang, dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?"

"Segera kuberi uang," jawabnya,"Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi."

"Lalu bagaiman jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang kau lakukan?"

"Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu," dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu. "Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi."

Saya tertawa.

Dia tertawa.

"Kau mengerti kan?" tanya saya. "Bisa saja Allah juga berlaku begitu pada kita, para hamba-Nya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa, dan dibenci-Nya berdoa memohon pada-Nya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: "Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya!"

"Tapi," saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata, "Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintai-Nya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah; maka mungkin saja Allah akan berfirman pada malaikat-Nya: 'Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hamba-Ku ini terus meminta, terus berdoa terus menghiba. Aku menyukai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyu' dan ttnduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilanjutkannya. Aku tak ingin dia menjauh dari-Ku setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintai-Nya."

"Oh ya?" matanya berbinar. "Betul demikinkah yang terjadi padaku?"

"Hm...pastinya aku tak tahu," jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, " Aku hanya ingin kau berbaik sangka."

Dan dia tersenyum. Alhamdulillah.

Sahabatku, demikian cerita yang dapat saya paparkan. Cerita ini begitu menyentuh dan mengharukan. Berkhusnudzonlah kepada Allah tentang segala apa yang terjadi pada hidup kita. Insya Allah, hidup ini akan diselimuti syukur kepada Allah dan terasa nikmat. Allahu a'lam.

*dikutip dari Buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah, halaman 168-171.
READMORE - Keterhijaban dan Baik Sangka
Diskusi Tentang Poligami...
by Achmad Chabib Nursalim on Sunday, 27 February 2011 at 11:37

Ini adalah diskusi teman-teman saya di sebuah notes. Sebenarnya gak nyambung antara isi dan comment dalam notesnya, tapi kita simak aja. Menarik dan ada juga yang konyol. Jangan salah substansi dengan isi diskusinya ya. Buat yang baca silakan comment dan saya mohon jangan menghujat salah satu pihak. Satu lagi, ada tambahan-tambahan ilmu di dalamnya, ambil positifnya. Tafadhol...



Asda enam tokoh (ikhwan dan akhwat) dalam diskusi ini, kalau Anda setuju salah satu pihak, silakan, tapi jangan menyalahkan yang lain ya...

*





Si A: Hmm..

Ya Ya Ya..
*merenung bentar..


Makasi Redooong..

19 hours ago · LikeUnlike
*





Si B: jazakillah **...
Kudu jd perenungan iki.

18 hours ago · LikeUnlike
*





Si C: Dari sekian banyak tulisan diatas, yg teringat sangat cuma:

....Termasuk hukum-hukum pun dibuat untuk jadikan orang berpoligami hal yang hina....
SETUJU Polig****...! yg gak setuju berarti temennya set*n :) :)

17 hours ago · LikeUnlike
*



Si C: hehehe

17 hours ago · LikeUnlike
*



Si B: ane setuju Poligami tu hal yg mulia.

16 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si D:



hahahaha kalian itu selalu --a

tapi jujur, msh sgt amat terhormat kalo seorg suami bpoligami drpd ketahuan jajan PSK atau zina sama wanita lain haha
naudzubillah


tapi yg menurutku plg menakutkn kalo ketika telah muncul byk org berilmu namun menyesatkan

16 hours ago · LikeUnlike
*





Si B: sip...hehehe...

Ane setuju sama ****.
Kudu menjaga aqidah kita.

15 hours ago · LikeUnlike
*



Si C: Maaf terucap teruntuk seorang Akhwat. Yang selalu membuatku menangis ketika menatapnya, karena tergambar segalanya. Segala dosaku; Segala khilafku; Segala lengahku; Segala kemunafikanku; Segala amal -yang entah- apakah Rabbku Ridha atasnya (repost: temen)

11 hours ago · LikeUnlike
*



Si E: Poligami tidak hina, hanya tak lazim, seperti penerapan shalat ber-khuf (bersepatu/bersandal) yang jelas2 sunnah muakkad..

10 hours ago · LikeUnlike
*



Si D:



ihwaw, sukanya bahas topik masalah perempuan yaa -,-

teman-temanku, mgkn begitu menggiurkan bagi kalian kaum lelaki untuk pny lbh dari satu bidadari,

tapi suatu saat nanti apabila kalian telah mencintai seseorang dan ia jg mencintaimu dg hala...l,

apakah semudah itu menggandeng bidadari lain? kalau bs dg mudah, ya berarti itu cm karena nafsu dong -,-
bukannya tujuan kita hidup salahsatunya jg menahan nafsu ya?



semoga kalian bisa menjaga calon bidadari surga kalian
D-X waa aku unyu sekalii...

9 hours ago · LikeUnlike · 2 peopleLoading...
*





Si D: masalah sholat nggawe sendal, mencegak tindak kriminal be'e, xixixixi

aku gtw, blm cukup pengetahuan, pelajari dulu ah~
:D

9 hours ago · LikeUnlike
*



Si E: Kalo aq sudah bertekad akan memuliakan istri layaknya Rasulullah memuliakan Siti Khadijah dan Ali bin Abi Thalib memuliakan Fatimah az Zahra,,

9 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si F: zzz, nikah aja belum udah pada ngomongin poligami -_____-

9 hours ago · LikeUnlike · 2 peopleLoading...
*



Si B:



pokok e, poligami tu halal dan tidak dilarang, tp memang bagi seorang wanita yg dipoligami tu berat, krena beratnya itulah surga balasannya, insya Allah. Tp jg bukan brarti tu dijadikan oleh suami dan jg calon suami nanti, kyk ana insya Allah, untuk jd dsar brpoligami.
Kalo mau poligami ya silakan, gak apa2 kok,tp ya kudu adil. Nggeh nopo mboten???

8 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si F:



in my opinion, Nabi melakukan poligami krn berbagai faktor, dan toh yg beliau nikahi diantaranya ada yg usianya jauh lebih tua dari beliau (dan mungkin juga ga terlalu cantik), tapi praktek poligami akhir2 ini justru si pria menikah lagi dg... yang lebih muda, lebih enak diliat, lebih cantik, dll, sehingga memunculkan stereotype 'istri muda'...., yg saya yakin juga kebanyakan melakukannya karena 'nafsu' liat yg perempuan cantik yg lebih muda dr istrinya, akhirnya mereka berpoligami dengan alasan 'daripada zina?'. hey, what are you guys thinking??? balik kaya kata rere tadi, bukankah salah satu tujuan hidup kita adalah menahan nafsu???
and I bet that most of guys who did poligami, don't want to marry woman who's much older than him.....

8 hours ago · LikeUnlike
*



Si B:



Dan "bet" itu haram.

Gini lo, innamal a'malu bin niyat, jd intinya kmbali kepada niatnya apa bwt poligami. Dan jg jgn menjustifikasi bahwa kebanyakan yg poligami tu karena nafsu, tp emang ada, tp kalau langsung bilang kebanyakan terlalu sebj...ektif, ana ngerti bhwa setiap wanita itu gak suka dipoligami. Dan menurut ana poligami butuh kebijaksanaan, gak grusak grusuk gitu.

Ttg yg poligami tu sk yg muda, ana bilang gak semua, apa poligami hanya ngelihat dr fisik, yg "HANYA" lht dr fisik, itu insya Allah nafsu jd dasarnya. Kalo orang sk yg muda tu manusiawi, tp "GAK SEMUA" poligami tu psti sama yg muda.

Intix sekarang jgn lht poligami dr satu sisi, yaitu "NAFSU", tp lht yg lbh luas, mngkin untuk keturunan, siapa tahu, Allahu a'lam. Jgn mnjustifikasi gitulah, kyaknya orang poligami tu gak setia dg istri prtamanya, orang poligami tu nafsuan, kesan commentnya mngarah ke situ. Afwan kalo salah ngomong.
Inna mal a'malu bin niyat. Allahu a'lam.

7 hours ago · LikeUnlike
*



Si F:



cuma fakta yg aku liat selama ini gitu......drmn muncul istilah istri tua dan istri muda???

masalah keturunan??? hmm, mungkin...

tapi aku juga punya tetangga yg bahagia walau ga punya anak dan tetangga yg bepoligami walau anaknya udah 5....

pi...kirin dulu segala konsekuensinya kalo mau poligami, belum tentu istri yg baru mau ditinggal suaminya untuk istri pertamanya, dan belum tentu juga istri pertama mau ditinggal suaminya untuk istri barunya, pasti terjadi kecemburuan disini, dan bisa jadi pihak yg merasa dirugikan menggugat cerai, remember, cerai adalah hal yg halal tapi dibenci Allah...
coba menempatkan sudut pandangmu bukan hanya dari satu sisi, coba juga berpikir dari sudut pandang istri yg akan dipoligami, karena tidak seorang pun tau takaran adil yg seperti apa, mungkin kau merasa cukup adil bagi istri-istrimu, but who knows what's running through her mind? if you have a lot of money, drpd buat poligami, mending bantu saudara2 kita yg kurang mampu, open your eyes widely, dluar sana banyak saudara2 kita yg kekurangan dan mereka tergiur oleh rayuan2 dr oknum2 tertentu yg menjanjikan kesejahteraan jika berpindah agama dr islam, sangat egois ketika kita hanya memikirkan untuk diri kita sendiri....



*zzz, kayanya panjang nih kalo diterusin, galau mode:on*
ya, terserah kamu lah ***, toh ntar kamu yg mau menjalani itu, pola pikir kita sepertinya beda terhadap hal ini....


nyooooooooooo~

6 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si D:



wah jadi inget debat wkt matkul bahasa inggris, kapan ya ada matkul debat topik random lagi, skrg kuliah kita jadi persoalan barang milik negara muluu hahaha
*nyelimur



iya, apapun yg akan dilakukan tgantung niat yg berbuat, dan bukan berarti ...kalo niatnya udah bener, metode pelaksanaannya jg bener,

antara niat, cara pelaksanaan dalam knyataan,
keduanya harus dan kudu bener agar tak terjadi dosa baru,

4 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si D:

ingat, terlalu banyak org yg berpatokan pada kata2 'sing penting niate bener' untuk melakukan pembenaran atas perbuatannya (padahal mgkn sudah jelas haram dalam akidah)



wallahualam, semoga dalam pjalanan hidup, kita diberi kebijaksaan

:)) nasib org siapa yg tau

yg pasti harus direncanakan agar tak 'mengalir' secara berantakan
*agak gak setuju sama peribahasa -,- biarkan hidupmu mengalir

4 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*





Si C: ‎@all: lebay ah kalian, bicara kesana-kesini, hehe
kesimpulannya gini aja deh: kalau bisa dua kenapa harus satu?, ikuti saran pemerintah, 2 orang cukup, anak 2, ist*ipun 2 saja, hehe :) :)

4 hours ago · LikeUnlike
*





Si D: aaassh ***** ngerusak ah,

kalo slogan kyk gitu namanya MANIAK

kecuali kau bisa ngasih dasar kuat kebenaran mutlak slogan tersebut
xoxoxo

4 hours ago · LikeUnlike
*





Si C: kita kan calon pns re. nurut kebijakan pemerintah aja, heheehe :P
*padahal ada PP yg nglarang pns poligami :"(

4 hours ago · LikeUnlike
*



Si F:



jiaaaah, kalian ini istri satu aja belom uda punya cita2 poligami....
poligami susah lho *****, it's way more complicated, kalo ngomong sih gampang -____-


@rere : iya *****, jadi inget dulu waktu sma sm smp ada debat, pengeeeeen :(


...*

3 hours ago · LikeUnlike
*



Si C: bukan aku yo, tapi yg pengen itu, sebut saja ***** ***** ******* dan ***** *** *******, kalo aku mah sdar diri gini, jauh dari sempurna, blm siap utk mnk*h aplg poliga**** :) :)

3 hours ago · LikeUnlike
*


Si E:

Rasulullah sendiri berpoligami setelah Khadijah wafat. Artinya ketika beristrikan Khadijah, Rasulullah bermonogami.. "Tidak memadu istri pertama saat dia masih hidup"
dan ana rasa, cara berpoligami seperti ini lebih "bisa diterima", menikah ...lagi setelah istri pertama wafat..dan ini yang dicontohkan Rasulullah sendiri low. Jadi, memadu istri pertama = tidak dicontohkan oleh Rasulullah = bid'ah!!

2 hours ago · LikeUnlike
*



Si C: jd ****??, kalo mw poligami istri pertama hrs meningg*l dulu, wow susah jg ya syaratnya,hehe :-O

2 hours ago · LikeUnlike
*





Si C: Nah, buat para calon istri yg hendak di poliga** aku saranin kamu ajuin 1 syarat aja ya. yaitu LANGKAHI DULU maya*ku, hehe
dijamin tu suaminya mikir2 :)

2 hours ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si E: Komen terakhir ***** menguatkan..dan bukankah Rasulullah panutan?? Jadi, kalo mau berpoligami, silakan, tapi setelah istri pertama wafat, seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib (bahkan Ali tidak menikah lagi setelah Fatimah wafat)..

2 hours ago · LikeUnlike
*





Si D: hahahaha

memahami ilmu jgn parsial,

pelajari dulu sampai matang baru disampaikan,
mending belajar diskusinya sama yg ustadz atau pak kyai langsung aja yaa

about an hour ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si B:



Kalo istri meninggal trus nikah lg ya bukan poligami, "poli" tu lebih dr satu, kalo gtu kasusnya kn ttp satu. Ana bc disebuah buku, suatu mlm ketika Rasulullah baru plg dr istrinya lain, malam itu beliau sampai rumah tahajud, setelah itu Ai...syah memegang rambut Beliau untuk memastikan apakah Beliau habis janabat atau gak, kemudian kata beliau,"Kamu kedatangan setanmu Aisyah". Jd kalo antum bilang bid'ah, wah ya gak boleh gitu.

Tentang suami senang yg msh muda, tu manusiawi, suatu ketika Rasulullah ditanya oleh sahabat, "Dari istri-istrimu, mana yg lebih kau cintai?", beliau menjawab,"Pastilah ladang (istri) yg belum pernah dikerjakan orang lain, yaitu Aisyah". Karena Aisyahlah satu-satunya istri yg dinikahi dalam keadaan perawan. Jadi, manusiawi. Tp, gak boleh karena nafsu ya.

Niat,niatu tu udah 1/3 dr agama dan tnggal jg cara yg diambil benar. Niat bener, cara salah, ya gak boleh gitu.

Ana ngerti, sulit bwt istri terima, Aisyah aja sering cemburu ketika Rasulullah baru pulang dr istrinya yg lain. Bnyak faktor yg mndasari, tp jgn memandang poligami jelek, opini masyarakat sekarang kan gitu, poligami dipandang gak baik. Kalo memandang gitu, jd memandang tndakan Rasulullah gak baik dong? Lihat orang yg melakukan, bener gak, jgn lht dr "POLIGAMI"nya. Jadinya ya gitu. Ttg istri muda dan tua, siapa yg ngadain istilah??? Apa pd zaman Rasulullah ada istilah gitu?

Sahabat yg tak pernah berpoligami adalah Ali bin Abi Thalib, ana ingin seperti beliau.

Skarang bwt calon istri, syaratkan ketika calon suami melamar bhwa "Selama masih bs menunaikan kwajiban seorang istri, jgn nikah lg", fair kan??? Karena syarat tu menjadi sahnya nikah. Jd ketika istri gak bs menunaikan kwjiban, suami bs poligami, tp gak semua suami gtu, ada bnyak yg setia cukup 1 istri.
Adil? Jgn bwa2 kata adil sbagai dasar, lillahi ta'ala dasarx, kalo gak gtu syirik, dibenci tu oleh Allah. Istikharah dulu sbelum bertindak, siapa yg lebih tahu melainkan Allah. Allahu a'lam.

about an hour ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si E: Poligami Rasulullah dimulai kan setelah istri pertama (Siti Khadijah) wafat??

55 minutes ago · LikeUnlike
*



Si E: Ana berpegang pada tindakan Rasulullah!!

54 minutes ago · LikeUnlike
*



Si B: jd bukan harus nunggu istri pertama ninggal. Ana gak setuju dg bid'ah yg antum capkan td.

51 minutes ago · LikeUnlike
*



Si E: Ana menganggap apa yang tidak dicontohkan Rasulullah adalah sesuatu yang bid'ah

49 minutes ago · LikeUnlike
*



Si E: Lalu ana bertanya, apa yang menyebabkan Rasulullah tidak memadu Khadijah??

48 minutes ago · LikeUnlike
*



Si C:



jiah, kalian ini kok debat seeeehh???, gak baik bg kesehatan,,

yg ptg mana yg anda prcy itu yg anda ikuti, jgn paksakan pndpt pd orglain,, jgn jg mrasa bnr sndiri, cz gak slamany kita bnr,,, berpikirlah terbuka guys,, X-)
*Smgt UAS SMT 3, SMG...T cr istri shalihah,, hehe :)

38 minutes ago · LikeUnlike · 1 personLoading...
*



Si E: Iya **, astaghfirullahal'adzhim..

32 minutes ago · LikeUnlike
*



Si B: Rasulullah bersabda yang diriwayatkan Abu Dawud,"Aku jaminkan sebuah rumah di surga bagian tengah-tengah, untuk mereka yang mampu menahan diri dari berdebat meskipun berada di atas kebenaran."

32 minutes ago · LikeUnlike · 3 peopleLoading...
*



Si D:



hadoooh, kandani og, debate ambek ustadz ae reek

timbang salah looh pemahamane sing moco (lak awam yok opo hayoo)

buyaaar -,-

ayo semangat, besok hari terakhir ujian ! :D

itu berarti kita telah melewati semester padat dg 9 matkul 24sks inii

...tinggal nunggu hasiil :D
semangaaaat!

31 minutes ago · LikeUnlike · 2 peopleLoading...
*



Si C: ‎*Smgt UAS SMT 3, SMGT cr istri shalihah,, hehe :)

29 minutes ago · Like



Dari diskusi di atas ada ilmu yang bisa kita ambil. Jangan terlalu terpaku pada satu sisi, tapi coba berfikir lebih luas tentang apa yang mereka diskusikan. Ambil yang manfaat ya, ilmunya tentunya... Allahu a'lam...



*nama orangya ana sensor ya, hehehe...

Sumber:
READMORE -

ALLAH BENAR-BENAR MENYAYANGI KITA

ALLAH BENAR-BENAR MENYAYANGI KITA
by Achmad Chabib Nursalim on Monday, 14 February 2011 at 17:29

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Kasih sayang Allah tak pernah berkurang untuk setiap hamba, makhluk, dan semuanya. Kasih sayang dalam bentuk nikmat, sakit, teguran, dan banyak yang lain. Nikmat Allah yang tak terkira ini seringkali kita lupakan, kita salah artikan sebagai musibah. Padahal, semua itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada kita, hambanya. Cukuplah kita bersyukur dan memaknai kasih sayang Allah dengan benar, maka kasih sayang Allah kepadamu akan semakin besar. Insya Allah.

Saya termasuk makhluk yang seringkali memperoleh bukti kasih sayang Allah. Mulai sindiran, teguran, nikmat, dan semuanya. Termasuk kerinduan kepada keluarga. Alangkah hampanya ketika tak ada rasa rindu yang indah ketika terobati. Ya, Allah begitu sayang kepada saya dan pastinya kepada kawan-kawan semua. Amin.

Saya akan share pengalaman saya untuk kawan-kawan tentang kasih sayang Allah. Ini terjadi kepada saya pribadi dan orang yang saya kenal. Semoga bermanfaat buat kawan-kawan. Insya Allah.

Ini yang pertama terjadi kepada saya pribadi. Allah menyampaikan kasih sayangnya melalu perantara makhluknya. Jazakumullah untuk seseorang yang telah menyampaikan kasih sayang Allah ini. Dia telah mengingatkan saya tentang sesuatu. Suatu keharusan bersyari'at yang benar. Catatan ini sebagai syukurku kepada-Mu, Ya Rabbi, sekaligus sebagai terima kasihku kepada dia yang telah menyampaikan kasih sayang-Mu dalam bentuk peringatan.

Yang kedua, ini merupakan pengalaman dari teman saya, tepatnya adik kelas saya. Melalui dia, saya kenal seseorang yang berjuang, yang berhijrah dari kafir ke islam. Dari agama yang tak diridhoi Allah, kepada agama yang penuh kasih sayang, islam. Semoga orang yang saya ketahui tadi diberi keteguhan dan kebersihan niat untuk berislam. Amin.

Adik kelas saya, dia seorang siswi SMA. Suatu hari mengirim pesan via facebook yang isinya kira-kira seperti ini:

"Assalamu'alaikum. Mas, q minta tolong, q punya saudara, dia pengen masuk islam. Gimana caranya mas?"

Setelah dapat pesan itu, saya tanya murabbi tentang hal ini via sms. Malam itu, waktu liqa', di Masjid di kampus, saya cerita kepada beliau. "Mas, kemarin ana sudah tanya tentang anak yang mau masuk islam kepada mas, keluarga dia sebenarnya belum setuju, tapi mbahnya yang beragama islam mendukungnya. Sekarang masalahnya begini mas, dia kan nonislam, tapi sekolah di SMA Islam, takutnya, motivasi dia hanya untuk ikut pelajaran sekolah, bukan untuk berislam dengan benar. Gimana mas? Oiya, dia masih kelas 1 SMA mas, dia perempuan," saya tanya kepada beliau. Beliau pun jawab,"Begini akh, pertama ana senang ada yang mau masuk islam, kedua ana ingin jelaskan bahwa islam itu seperti pameran, biarkan dia masuk dan menikmati setiap apa yang ada di dalamnya. Merasakan, memahami, dan mengaplikasikannya. Dia mungkin masuk pameran (islam) hanya untuk mengikuti birokrasi saja, tapi bisa jadi ketika dia merasakan keindahan di dalamnya dia jadi tertarik dan mengubah niatnya. Sekarang mana yang lebih baik? Kasih tahu dia akh, dan nanti dia akan merasakan indahnya islam. Namun, ketika di dalamnya dia merusak, kita harus bertindak. Silakan nanti akhy lihat di ayat 256 Surat Al Baqarah. Allahu a'lam".

Begitu perbincangan saya dengan murabbi saya. Malam itu juga langsung saya sampaikan apa yang saya dapat kepada adik kelas saya agar segera disampaikan kepada saudaranya. Dan alhmdulillah beberapa jam yang lalu saya dapat kabar bahwa dia sudah masuk islam. Senangnya dengar kabar itu. Menggembirakan. Sungguh Allah Maha Menyayangi.

Kawan, begitu indah kasih sayang Allah kepada kita, makhluk-Nya. Begitu syahdunya dan menenangkan. Itu masih sedikit nikmat Allah dan masih banyak yang lain. Dan penting kita untuk mensyukurinya agar nikmat ini senantiasa ditambahkan Allah untuk kita.

Cukup sekian sharing pengalaman dari saya. Jika ada salah, saya minta maaf. Semoga bermanfaat. Allahu a'lam. Akhiru kalam...

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...
READMORE - ALLAH BENAR-BENAR MENYAYANGI KITA
ALLAH, TEMPATKU MEMASRAHKAN DIRI
by Achmad Chabib Nursalim on Tuesday, 15 February 2011 at 11:16

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Setiap detik yang senantiasa kita habiskan, kita lewati, kita jalani, kita rasakan, memiliki catatan, memiliki pertanggungjawaban. Menuntut kepada penjelajah waktu untuk menanggung biaya setiap detik yang ia lewatkan, yang ia nikmati. Akankah dia menikmati dalam kesederhanaan hidup atau dalam kehura-huraan yang kan fatal dalam membayarnya. Meninggalkan putaran waktu menuju putaran yang tak berakhir dalam keadaan tanpa hutang, atau dengan hutang menggunung? Catatan hutang noktah kita yang menjadi buktinya. Inilah hukum positif setiap makhluk, hukum yang mengenal asas retroaktif. Inilah hukum Allah, hukum yang tak tersangkalkan.

Ikhwah...sekian tahun kita telah lewati perjalanan, kitalah Sang Penjelajah Waktu itu. Kita yang menentukan ke arah mana kita melangkah, kepada kebathilan, atau kepada kebaikan. Menapakkan kaki kita di atas keimanan atau kemusyrikan. Melangkah dalam nafas islami atau dalam kekafiran. Kitalah, Sang Penjelajah Waktu, yang akan menentukannya. Janganlah salah langkah.

Ikhwan dan akhwat fillah, detik jatah kita semakin berkurang, semakin dekat kita dengan maut. Teman yang senantiasa mengiringi kita, dalam sadar atau tidur, dalam berdiri, duduk, dan berbaring. Dialah, maut, yang menjadi teman kita. Akankah Ia menjadikan maut sebagai sahabat terindah, atau mungkin sebagai sahabat terburuk. Dia, maut, adalah cerminan kita, Sang Penjelajah Waktu. Menjadi penyambut kita untuk melangkah kepada putaran waktu yang tak terbatas. Akankah bersambut kebahagiaan, atau mungkin kenistaan. Sekali lagi, kita penentunya.

Ikhwah...kita sadar, kita lemah, lemah dalam memilih. Namun, ini bukan alasan untuk menjadi salah langkah, salah memilih, kita punya Yang Maha Mengetahui, Dialah Ya 'Alim, yang mengetahui mana jalan terbaik. Dia tempat kita bertanya, Dia tempat kita mencurahkan isi hati, Dia sebenar-benar pembimbing, Dia pemilik kita. Dialah, Rabbana, Allah. Tidakkah kita mendekat kepada-Nya?

Sahabatku, mari kita renungkan sedikit tentang detik-detik yang lalu, sudahkan kita memanfaatkannya? Atau mungkin kita menyiakannya? Mari kita koreksi, kita korek kembali catatan masa lalu. Jika ternyata kesia-siaan adanya, mari kita insyafi, kita istighfar, kita mohon ampun atas segala kesalahan masa lalu. Mintakan doa atas dosa-dosa masa jahil kita. Dia, dan hanya dia Ya Ghofur, Dzat Yang Maha Mengampuni, Penghapus dosa-dosa kita, hambanya yang berserah diri.

Kawanku sayang, bilakah kita akan mulai menjadi hamba yang berpasrah? Agar detik hidup kita bermashlahat, tak lagi menyampah dan mengotori catatan waktu kita. Sekaranglah sahabatku yang kusayangi, sekarang, tak ada waktu lagi. Jangan sampai kawan kita, maut, menghampiri kita dengan wajah murkanya, bukan dengan wajah jelitanya. Mari kawanku yang kucintai, kita menapak dengan keimanan, melangkah dalam nafas keislaman menuju Dia, Dzat Yang Maha Agung, Dialah Ya 'Aziz, Dialah Ya Malik, Pemilik kerajaan alam semesta. Dan, hanya kepada-Nyalah kita, hamba yang nista, menuju, berpulang, berkumpul. Berkumpul di sisinya. Amin, insya Allah.

Ikhwan dan akhwat fillah... Allah yang mengetahui niat kita, niat dalam menjalani waktu. Karena kita adalah Sang Penjelajah Waktu, kitalah nahkodanya dan Allah sebagai Pembimbingnya. Semoga Allah meridhoi setiap detik kita dalam sebuah ibadah, karena ridho Allah yang menentukan bahwa kita hamba yang berpasrah atau malahan sebagai hamba yang durhaka karena keangkuhan. Naudzubillah... Allahu a'lam. Akhiru kalam...

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...
READMORE -
Tawakal, Bukan Pasrah...
by Achmad Chabib Nursalim on Wednesday, 02 March 2011 at 08:05

"Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri." (An Naml [27]: 31)

Sebuah ayat yang waktu itu menyentakkan pribadi saya. Ujian Akhir Semester (UAS) untuk semester 3 selesai, sebagai gerbang menuju semester 4. Saatnya menunggu dengan cemas tentang hasil, tentang kelulusan. Itulah ujian, tentunya untuk teman-teman di kelas 3 SMA, kelas 3 SMP, dan kelas 6 SD yang tidak lama lagi menghadapi Ujian Nasional (UN). Jika telah terlewati ujiannya, tinggal harap-harap cemas. Manusiawi, begitupun saya pribadi. Lulus tidak, ada ditangan Yang Menciptakan semut.

Sedikit cerita, pengalaman pribadi, pada UAS hari ke-8 saya blank waktu mengerjakan, apa yang telah dibaca, apa yang sudah dihafal, apa yang sudah dipahami hilang, gelap, entah mengapa, apa karena dosa yang saya lakukan atau apa. Ini mungkin pernah teman-teman alami juga, atau mungkin hanya saya saja. Semua dikerjakan dengan kreatif (baca: ngarang), dengan daya nalar yang luar biasa ngawur akhirnya ujian hari ke-8 selesai, keluar paling awal dengan hasil, Allahu a'lam. Saya dengar dari teman-teman, mereka keluar dengan sumringah dan saya sendiri sedih, takut. Takut mengapa? Teman-teman juga tahu disini sistem Drop Out (DO) tiap semester, IP di bawah 2,75 langsung berkemas ke kampung halaman. Cemas, benar-benar cemas, marah juga, astaghfirullahaladzim.... Mau bagaimana lagi. Allah yang menentukan.

Pulang dari kampus, rasanya ingin nangis, takut membuat orang tua kecewa jika hal buruk itu menimpa. Saya sholat, berdoa, alhamdulillah...lebih tenang. Setelah itu saya sms murabbi saya untuk kasih nasihat, berikut isi smsnya:

Saya:
"Assalamu'alaykum.
Mas ****, kaifa khaluk? Udah slesai UAS nya?
Afwan mas ana ganggu, ana lg down mas, bisakah mas **** kasih ana motivasi, tausiyah, atau kisah, atau apa aja biar ana bs bngkit kembali?
Jazakallah mas."

Murabbi:
"Wa'alaykumsalam
alhamdulillah ana bighair, wa anta? Antum kenapa akh? Down kenapa?"

Saya:
"Alhamdulillah ana jg baik mas.
Mungkin ini msalah hmpir setiap mahasiswa.
Ana gak tahu knp ujian hr ini yg seharusnya bs lancar, ana jd ngeblank mas, ana gak tahu.
Dr setiap soal yg ana jwb, lbh bnyak ngarang mas, ana bingung, takut jg, hari ini brbanding terbalik dr hari2 sebelumnya.
Gimana mas?"

Murabbi:
"Pesan ana cuma satu akh, sudah terjadi, dan tidak ada yang perlu disesali..
kalau kita sudah berusaha, maka kita harus berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik dari apa yang sudah diusahakan.."

Saya:
"Afwan baru blas mas.
Iya mas, smua udah trlewat dan tawakal, ana udah ikhtiar dg maksimal, apa pun hasilnya, itu yg trbaik. Insya Allah, amin.
Jazakallah mas."

Murabbi:
"Setuju akh, optimis dan tawakal..
waktunya untuk menyerahkan semua hasil kepada Allah swt..
ke depannya, harus lebih baik dari hari ini, setuju???"

Saya:
"Iya mas, bener, kedepan kudu lebih baik.
Tawakal kpd Allah, doa dg sbenar2nya, smoga Allah memberi yg trbaik."

Jadi curhat gini ya, tapi ini share pengalaman saja. Tentang ayat di atas, kita diharuskan berserah diri setelah berusaha dengan sekuat tenaga, dengan niat yang benar dan usaha yang maksimal. Istilahnya tawakal, bukan pasrah. Tawakal ketika sudah berusaha semaksimal mungkin, berserah kepada Allah tentang hasilnya dan menerima setiap hasilnya dengan legowo. Intinya bersyukur. Beda dengan pasrah, pasrah menunjukkan tidak syukur, kecenderungan kepada kesedihan. Jadi, mengapa sedih, takut, khawatir, dan cemas? Kita kan punya Allah. Tawakal ya kawan.

Kemudian ayat di atas juga menunjukkan tentang sombong. Sombong bagi mereka yang telah berusaha tidak diikuti dengan doa, dengan ketawakalan kepada Allah. Sombong tentang kemampuan yang dimiliki yang karenanya dia mampu seperti saat ini. Begitupun pada ayat berikut:

"Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (Al Mu'min [40]: 60)

Sombong. Ya, sombong bagi kita yang tidak mau berdoa. Allah benci kepada hambanya yang sombong. Adigang adigung adiguno. Yang menganggap dirinya paling wah, paling berjasa, paling bisa. Masya Allah, dzalika takabur. Allah tidak suka kepada hambanya yang takabur. Namun, siapa yang merasa dirinya tawadu', maka sebenarnya dia takabur. Di dalam Al Hikam menjelaskan seperti itu. Kalau merasa tidak takabur, dia sebenarnya takabur. Memang begitu lembut setan bermain di atas kebaikan. Semoga kita terhindar dari sikap yang "merasa". Amin.

Jadi, ketika sudah selesai, telah berusaha, kita kembalikan semuanya kepada Allah. "Innalillahi wa innailaihi roji'un". Tawakal ila Allah, insya Allah kecemasan yang kita rasakan tentang hasil yang tidak diinginkan, tidak akan menghantui kita. Dengan tawakal lebih memberikan ketenangan. Dengan tawakal, hati ini bisa lebih dekat dengan-Nya. Karena tahukah kalian, ketenangan ini milik-Nya. Allahu a'lam.

Catatan ini khususnya untuk saya pribadi, untuk teman-teman saya yang baru selesai ujian. Insya Allah kita zero DO, selamat liburan. Dan untuk teman-teman yang sebentar lagi ikut UN, USM STAN, SNMPTN, semoga berhasil ya. Amin. Tawakal ya teman.... Allah bersama kita...
READMORE -

MA'NA ASY-SYAHAADATAIN (Pengertian Dua Kalimat Syahadat)

MA'NA ASY-SYAHAADATAIN (Pengertian Dua Kalimat Syahadat)
by Achmad Chabib Nursalim on Tuesday, 15 February 2011 at 16:24
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Kalimat syahaadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita selalu menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan adzan. Syahaadatain sering diucapkan oleh umat Islam dalam berbagai keadaan. Umumnya kita menghafal syahaadah dan dapat menyebutnya dengan fasih, namun yang menjadi pertanyaan sejauh manakah makna syahaadatain ini dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam?

Masalah tersebut dijawab dengan kenyataan yang ada. Tingkah laku umat Islam yang terpengaruh dengan jahiliyah atau gaya hidup Barat yang memberi gambaran bahwa syahadaah tidak memberi pengaruh pada dirinya seperti tidak menutup aurat, melakukan perkara yang dilarang dan meninggalkan yang diperintah-Nya, memberi kesetiaan dan taat bukan kepada Islam, dan mengingkari rezeki atau tidak menerima sesuatu yang dikenakan kepada dirinya. Contoh ini adalah wujud dari seseorang yang tidak memahami syahaadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dibawa oleh syahaadah tersebut.

Kalimat syahaadah merupakan pilar utama dan landasan penting bagi rukun Islam. Tanpa syahaadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitu pula dengan rukun Iman. Tegaknya syahaadah dalam kehidupan seorang individu maka akan menegakkan ibadah dan diin dalam hidup kita. Dengan syahaadah maka wujud sikap ruhaniah yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku fisik dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya.

Menegakka Islam maka harus menegakkan rukun Islam terlebih dahulu. Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh lima tiang pokok, yaitu syahaadatain, shalat, shaum, zakat, dan haji ke baitul haram. Dalam hadits yang lain: Shalat sebagai salah satu rukun Islam yang merupakan tiang agama (ad-diin).

Di kalangan masyarakat Arab di Zaman Nabi SAW, mereka memahami betul makna dari syahaadatain ini, terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi SAW mengumpulkan ketua-ketua Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi SAW bersabda,"Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat, dimana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh Jazirah Arab". Kemudian Abu Jahal menjawab,"Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat pun akan aku terima". Kemudian Nabi SAW bersabda,"Ucapkanlah Laa ilaaha illa Allaah wa Muhammadan Rasulullah." Abu Jahal menjawab," Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab".

Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini, bukan karena dia tidak faham akan makna dari kalimat itu, tetapi justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat dan patuh kepada Allah SWT saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya. Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya. Penerimaan syahaadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah dalam mengaplikasikan syahaadah.

Sebenarnya apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allah SWT itu juga akan menambah kekuatan kepada diri kita, maka mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai. Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim. Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi di antaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). Setiap individu yang bersyahaadah, maka ia menjadi khalifatullaah fil Ardhi (Pemimpin di muka Bumi).

Kalimat syahaadah mesti difahami dengan benar, karena di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi. Dengan syahaadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat. Syahaadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dari pada ad-diin. Oleh karena itu, marilah kita bersama memahami syahaadah ini.

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...
READMORE - MA'NA ASY-SYAHAADATAIN (Pengertian Dua Kalimat Syahadat)

Seputar Khitbah dalam Pandangan Islam

Seputar Khitbah dalam Pandangan Islam

Posted by Farid Ma'ruf pada Mei 14, 2009



Titin Erliyanti

Oleh : Titin Erliyanti, S.Pd.





Di..kedalaman hatiku, tersembunyi harapan yang suci..

Ta..k, perlu engkau menyangsikan..

Le..wat.. kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu,

tak perlu dengan.. kata-kata

Sungguh..hatiku kelu tuk’ mengungkapkan perasaanku..

Namun, penantianmu pada diriku, jangan salahkan..

Kalau memang..kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang..

Nanti kubawa kau pergi ke syurga abadi..
kini belumlah saatnya aku membalas cintamu… nantikan ku..di batas.. waktu..

(Lirik dalam nasyid ‘Nantikanku di batas waktu’ oleh:Ad Coustic)

SyariahPublications.Com — Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai makhluk yang paling mulia, ia bukanlah sesosok makhluk yang sekedar memiliki jasad/organisme hidup, sehingga kehidupan yang dijalaninya pun bukan sekedar untuk tujuan memperoleh makan, tumbuh, berkembang-biak, lalu mati. Manusia diciptakan ke alam dunia ini disertai pula dengan berbagai potensi kehidupan yang diberikan oleh-Nya. Berbagai potensi kehidupan tersebut harus merupakan sesuatu yang disadari/difikirkan oleh manusia. Diantara potensi kehidupan tersebut adalah berupa naluri-naluri (gharaizh) yang diantaranya pula adalah naluri untuk melestarikan keturunan ataupun tertarik kepada lawan jenis (gharizatu nawu). Naluri ini merupakan dorongan yang muncul pada diri manusia ketika adanya stimulan dari luar. Sebagai contoh, suatu saat seorang ikhwan pernah merasakan perasaan yang ‘berbunga-bunga tidak karuan’ ketika di suatu tempat bertemu dengan seorang akhwat yang menurut penilaiannya, orang tersebut adalah sosok yang ‘special’ sehingga setiap kali berjumpa, memikirkan atau bahkan hanya sekedar mendengar namanya saja, tiba-tiba jantung ini bisa berdebar cepat dan kedua bibirpun akan menggeser menyimpul mesra. Kondisi ini tentunya juga dapat terjadi sebaliknya antara seorang akhwat terhadap seorang ikhwan.





Islam memandang ini sebagai hal yang fitrah (manusiawi) dan bukan hal yang tabu ataupun terlarang. Oleh karenanya dalam rangka menempatkan manusia agar tetap pada derajatnya sebagai makhluk yang mulia, maka Allah Swt menurunkan seperangkat aturan kehidupan yang harus diambil dan dijalankan oleh umat manusia yaitu Syari’at islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, termasuk di dalamnya tercakup aturan untuk menyelesaikan masalah yang satu ini. Diantaranya adalah pengaturan mengenai khitbah (meminang) sebagai aktivitas syar’i yang harus dipilih oleh seorang muslim ketika dirinya terdiagnosa telah mengidap gejala-gejala terserang ‘virus merah jambu’ apalagi jika sudah sampai pada stadium yang akut (memangnya penyakit kanker.. ?).



I. Pengertian Khithbah

Dalam merencanakan kehidupan berumah tangga, diantara langkah yang harus ditempuh oleh seorang ikhwan adalah menetapkan seorang akhwat yang diinginkan untuk menjadi calon istrinya. Secara syar’i ikhwan tersebut menjalaninya dengan melakukan khithbah (peminangan) kepada akhwat yang dikehendakinya. Adapun salah satu tujuan disyari’atkannya khithbah adalah agar masing-masing pihak dapat mengetahui calon pendamping hidupnya (Syamsudin Ramdhan, 2004:49).



Sedangkan menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaily (dalam MR. Kurnia, 2005:19) menjelaskan yang dimaksud Khithbah adalah menampakan keinginan menikah terhadap seorang perempuan tertentu dengan memberitahu perempuan yang dimaksud atau keluarganya (walinya). Selain itu Sayid Sabiq (ibid) juga menyatakan bahwa yang dikatakan seseorang sedang mengkhitbah seorang perempuan berarti ia memintanya untuk berkeluarga yaitu untuk dinikahi dengan cara-cara (wasilah) yang ma’ruf.





Islam telah menganjurkan dan bahkan memerintahkan kaum muslimin untuk melangsungkan pernikahan (An-Nabhaniy, 2001:146). Berkaitan dengan anjuran untuk menikah,Allah Swt, berfirman :

(Nikahilah oleh kalian perempuan-perempuan yang kalian sukai (QS.An-Nisa [4]:3)

Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah Saw telah mengingatkan:



‘Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah sanggup memikul beban. Hendaklah ia segera menikah, karena hal itu dapat menundukan pandangan dan menjaga kehormatan. Sebaliknya siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia shaum karena hal itu dapat menjadi perisai’.



Diantara peristiwa khithbah yang terjadi pada masa Rasulullah Saw, adalah yang dilakukan oleh sahabat beliau, Abdurrahman Bin ‘Auf yang mengkhithbah Ummu Hakim Binti Qarizh. Hadits riwayat Bukhari menjelaskannya sebagai berikut:



‘Abdurrahman Bin ‘Auf berkata kepada Ummu Hakim Binti Qarizh:”Maukah kamu menyerahkan urusanmu kepadaku?” Ia menjawab ”Baiklah!”, maka Ia (Abdurrahman Bin ‘Auf) berkata: “Kalau begitu, baiklah kamu saya nikahi.” (HR.Bukhari)



Abdurrahman Bin ‘Auf dan Ummu Hakim keduanya merupakan sahabat Rasulullah Saw. Ketika itu Ummu Hakim statusnya menjanda karena suaminya telah gugur dalam medan jihad fii sabilillah, kemudian Abdurrahman Bin Auf (yang masih sepupunya) datang kepadanya secara langsung untuk mengkhitbah sekaligusmenikahinya.





Menurut Muhammad Thalib (2002:25) kejadian ini menunjukan seorang laki-laki boleh meminang secara langsung calon istrinya tanpa didampingi oleh orang tua atau walinya dan Rasulullah Saw tidak menegur atau menyalahkan Abdurrahman Bin ‘Auf atas kejadian ini.



Selain itu, seorang wanita juga diperbolehkan untuk meminta seorang laki-laki agar menjadi suaminya. Akan tetapi ia tidak boleh berkhalwat atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’at (Syamsudin Ramdhan, 2004:56). Kebolehan hal ini didasarkan pada sebuah riwayat berikut:



‘Pernah ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah Saw, seraya berkata ‘Wahai Rasulullah aku datang untuk menyerahkan diriku kepada Engkau’. Rasulullah Saw lalu melihatnya dengan menaikan dan menetapkan pandangannya. Ketika melihat bahwa Rasulullah tidak memberikan keputusannya, maka wanita itupun tertunduk” (HR.Bukhari)



Berdasarkan uraian di atas, maka dapat difahami bahwa khithbah merupakan jalan untuk mengungkapkan maksud seorang ikhwan/akhwat kepada lawan jenisnya terkait dengan tujuan membangun sebuah kehidupan berumah tangga, baik dilakukan secara langsung (kepada calon) ataupun melalui perwakilan pihak lain.





II. Proses Khitbah

Dalam beberapa dalil di atas telah diungkapkan tentang bagaimana proses khithbah dapat berlangsung, yaitu diantaranya khitbah dapat dilakukan sendiri oleh seorang ikhwan langsung kepada akhwatnya ataupun dengan mewakilkan, kemudian bisa juga dilakukan oleh seorang ikhwan kepada keluarga atau wali pihak akhwat. Selain itu ada beberapa hal yang juga perlu difahami ketika melakukan khitbah, antara lain:



a. Kebolehan Melihat Akhwat Yang Dikhithbah



Syamsudin Ramdhan (2004:54) mengungkapkan bahwa sebagian ulama berpendapat, diperbolehkan bagi pelamar untuk melihat wanita yang dilamarnya, tetapi ia tidak boleh melihat auratnya. Sebagaimana Jabir menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:



‘Jika salah seorang di antara kalian meminang seorang perempuan, sekiranya ia dapat melihat sesuatu darinya yang mampu menambah keinginan untuk menikahinya, maka hendaklah ia melihatnya. (HR. Abu Dawud dan Hakim).



Dibolehkannya melihat perempuan yang dikhitbah ini sebenarnya membawa banyak hikmah, diantaranya adalah dengan melihatnya akan lebih memantapkan hati untuk menikahinya. Kebolehan melihat ini adalah kekhususan pada saat mengkhithbah.



Sebagian ulama lagi membolehkan untuk melihat bukan hanya wajah dan telapak tangan, melainkan lebih dari itu karena wajah dan telapak tangan merupakan anggota badan perempuan yang terlihat sehari-hari. Sehingga perintah untuk melihat, dalam hadits tersebut tentu yang dimaksud bukan hanya wajah dan telapak tangan (MR.Kurnia, 2005:23)





b. Tidak Boleh Mengkhithbah Akhwat Yang Masih Dikhithbah Seorang Ikhwan

Seorang ikhwan tidak boleh mengkhithbah seorang akhwat yang masih berada dalam khithbah-an ikhwan lainnya, kecuali setelah khithbah tersebut dilepaskan oleh ikhwan yang pertama atau karena alasan syar’i lainnya seperti meninggal dunia, dll (Syamsudin Ramdhan, 2004:55). Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah Saw:



Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain. Tidak halal seorang mukmin menawar diatas tawaran saudaranya dan meminang (seorang wanita) diatas pinangan saudaranya hingga nyata (bahwa pinangan itu) sudah ditinggalkannya (HR. Muslim dan Ahmad)



Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Saw bersabda:





Tidak boleh seorang pria melamar seorang wanita yang telah dilamar oleh saudaranya hingga ia menikahinya atau meninggalkannya (HR. Abu Hurayrah)



c. Seorang Akhwat Berhak untuk Menerima ataupun Menolak Khithbah

An-Nabhaniy (2001:161) mengungkapkan bahwa jika seorang wanita telah dilamar, maka dirinyalah yang berhak untuk menerima ataupun menolak calon suaminya, bukan hak salah seorang walinya ataupun orang-orang yang akan mengawinkannya tanpa seizin wanita yang bersangkutan, dan dia pun tidak boleh dihalang-halangi untuk menikah.





Dalam hal ini, Rasulullah Saw bersabda:



Seorang janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkan seorang gadis harus dimintai izinnya, dan izinnya adalah diamnya (HR.Ibnu Abbas)



Adapun Abu Hurayrah menuturkan hadits Rasulullah Saw sebagai berikut:



Rasulullah Saw bersabda,’Seorang janda tidak dinikahi kecuali setelah dilamar, sedangkan seorang gadis tidak dinikahi kecuali setelah diminta izinnya’ Para sahabat lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana bentuk izinnya?’ Beliau menjawab,’Izinnya adalah diamnya’.

Hadits-hadits di atas seluruhnya menunjukan dengan jelas bahwa seorang wanita yang tidak dimintai izinya ketika hendak dinikahkan (oleh orang tua/walinya) maka pernikahannya dianggap tidak sempurna. Jika ia menolak pernikahannya itu atau menikah secara terpaksa, berarti akad pernikahannya rusak, kecuali jika ia berbalik pikiran atau ridha.





d. Tidak Menandai Khithbah Dengan Tukar Cincin

Aktivitas tukar cincin adalah saling memberikan cincin (untuk dipakai) antara calon suami dan calon istri sebagai pertanda adanya ikatan pertunangan di antara mereka. Aktivitas ini biasanya dianggap lumrah oleh sebagian besar masyarakat.

Menurut Muhammad Thalib (2002:48) bertukar cincin bukan merupakan cara islam melainkan cara bangsa Roma (eropa) yang mendapat pengesahan dari gereja. Jadi, saling tukar cincin pada mulanya bukan merupakan cara umat kristiani pula, melainkan warisan kebudayaan bangsa Romawi. Berkaitan dengan hal ini, maka Rasulullah Saw melarang kaum muslimin untuk meniru-niru kebiasaan kaum kafir. Ia bersabda:



Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka (HR. Abu Dawud)





e. Khitbah Bukanlah Setengah Pernikahan

Kekeliruan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tentang khithbah sering menggiring mereka pada anggapan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan yang telah melangsungkan peminangan, maka ia boleh melakukan sebagian aktivitas seperti suami-istri asal tidak kelewat batas. Misalnya, jalan berduaan, ngobrol berduaan, dll.





Menurut MR Kurnia (2005:25) khitbah bukanlah pernikahan, sehingga akad khitbah bukanlah akad pernikahan. Khithbah sebenarnya hanya merupakan janji kedua pihak untuk menikah pada waktu yang disepakati. Dengan demikian setelah akad khithbah dilangsungkan, maka status bagi keduanya adalah tetap orang asing (bukan mahram) antara satu dengan lainnya.

Kendati demikian, dalam menjalankan proses khitbah diantara keduanya boleh saling melakukan kebaikan seperti saling memberikan hadiah, menanyakan kepribadian masing-masing (karakter, kesukaan), cara pandang, sikap, dsb. Hal ini karena, khithbah memang merupakan sarana untuk dapat saling mengenal lebih jauh satu sama lain dengan cara yang ma’ruf.





Berkaitan dengan pemberian hadiah, Rasulullah Saw bersabda:



‘Saling memberikan hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai’ (HR.Abu Hurayrah)



Selain itu, Allah Swt juga telah memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar (QS. Al-Ahzab [33]:70)



Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, (QS. An-Nur [24]:30-31)





III. Kurun Waktu Dalam Menempuh Khithbah

Kurun waktu khithbah adalah rentang waktu antara diterimanya khithbah (akad khithbah) hingga dilangsungkannya pernikahan (akad nikah) (Muhamad Thalib, 2002:69)



Bagi seorang ikhwan yang telah mengkhithbah akhwat, berapa lamakah rentang waktu yang harus ia lewati hingga ia dapat melangsungkan pernikahan dengannya?



Berdasarkan peristiwa khithbah yang terjadi pada masa Rasulullah Saw yaitu antara Abdurrahman Bin ‘Auf terhadap Ummu Hakim Binti Qarizh, dimana Abdurahman Bin ‘Auf telah melakukan pengkhitbahan secara langsung kepada Ummu Hakim kemudian dilangsungkan pula pernikahannya pada waktu itu. Terhadap kejadian ini Rasulullah tidak menyalahkan perbuatan Abdurahman Bin ‘Auf, yang berarti pula hal ini menunjukan persetujuan Beliau Saw. (ibid).



Jadi, sebenarnya tidak ada batasan waktu yang pasti untuk melangsungkan pernikahan pasca dilakukannya khithbah, apakah 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau bahkan satu tahun setelahnya. Hanya saja berkaitan dengan hal ini, syara’ juga menganjurkan untuk menyegerakan suatu perbuatan kebaikan apabila telah diniatkan. Rasulullah Saw telah mengingatkan:



Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana potongan-potongan malam yang gelap. (saat itu) di pagi harinya seseorang beriman tetapi di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore hari seseorang beriman tapi di pagi harinya ia kafir. Ia menjual agamannya dengan harta dunia

(HR.Muslim dan Abu Hurayrah)



Melaksanakan pernikahan dengan segera apabila segala sesuatunya telah disiapkan dan dimantapkan (terutama niat dan ilmu, selain juga tidak mengabaikan kebutuhan materi) merupakan hal yang dianjurkan.

Firman Allah Swt:



Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian*] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur[24]:32)



*] Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.



Rasulullah Saw bersabda:



Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu untuk kawin maka menikahlah (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)



Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah Swt, yaitu Pejuang di jalan Allah, mukatib (budak yang membeli dirinya dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya, dan orang yang menikah karena hendak menjauhkan diri dari perkara haram. (HR. At-Turmudzi)



Dengan demikian dalam menetapkan rentang waktu antara khithbah hingga pernikahan, tergantung pada kesiapan dan kesepakatan kedua belah pihak (dan keluarganya) sehingga kesepakatan diantara keduanyalah yang menjadi acuan untuk menetapkan waktu pelaksanaan pernikahan setelah mempertimbangkan berbagai hal dan kemampuan yang mendukung terlaksananya pernikahan tersebut.



Apabila rentang antara khithbah dengan pernikahan ternyata cukup jauh, maka harus tetap adanya upaya untuk saling menjaga diri dalam keimanan dan ketakawaan kepada Allah Swt. Karena dalam rentang ‘masa penantian’ tersebut sangat mungkin muncul godaan-godaan untuk terjerumus pada pelanggaran syari’at ataupun godaan untuk berpaling kepada seorang calon yang lain, dan sebagainya. Namun bagi seorang mukmin tentu harus mewaspadai hal ini, sehingga senantiasa diperlukan adanya upaya diantara keduanya untuk saling berkomunikasi dan mengingatkan pada ketakwaan, yaitu:



Dan barang siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia shaum karena sesungguhnya shaum itu merupakan benteng (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).



Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak boleh sekali-kali ia menyendiri dengan seorang perempuan yang tidak disertai mahramnya, sebab nanti yang ketiganya adalah syetan (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah [9]:71)



Ataupun, juga perintah-Nya:



dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS.Al-Maidah[5]:2)



Keberlangsungan khitbah pada waktunya akan berakhir pada satu diantara dua pilihan yaitu berlangsungnya akad pernikahan atau terjadinya pembatalan khitbah. Kedua hal ini merupakan konsekuensi yang relevan dengan fungsi dan tujuan khithbah itu sendiri, sehingga jangan sampai dianggap sebagai ending of story yang harus dipaksakan. Karena pernikahan yang terpaksa hukumnya tidak sah, dan pembatalan khithbah tanpa alasan yang syar’i juga tidak diperkenankan.



IV. Pembatalan Khithbah

Dalam melangsungkan proses khithbah, terdapat banyak hal yang akan ditemukan oleh kedua belah pihak (ikhwan-akhwat) terhadap keadaan, karakter, sikap, dan sebagainya, satu sama lain. Sehingga berkaitan dengan fungsi khithbah itu sendiri yaitu sebagai gerbang menuju pernikahan yang di dalamnya terdapat aktifitas saling mengenal (ta’aruf) lebih jauh dengan cara yang ma’ruf, maka apabila ketika dalam aktifitas ta’aruf tersebut salah satu pihak menilai dan mempertimbangkan adanya ketidakcocokan antara dirinya terhadap calon pasangannya ataupun sebaliknya, ia berhak untuk membatalkan khithbah tersebut.



Pembatalan khithbah merupakan hal yang wajar, bukanlah hal yang berlebihan. Menganggap hal ini secara berlebihan merupakan perbuatan yang keliru, misal ada anggapan bahwa pembatalan khithbah terjadi karena adanya penilaian bahwa salah satu calon bagi calon yang lainnya memiliki banyak kekurangan kemudian ia pun menganggap sebagai pihak yang tidak akan pernah dapat menikah dengan orang lain nantinya (setelah diputuskan cintanya) karena saat ini pun kekurangan-kekurangan tersebut dinilai telah berimplikasi pada kegagalan khithbahnya dengan seseorang. Padahal itu hanyalah sikap skeptis yang muncul pada dirinya karena lebih terdorong oleh emosional dan kelemahan iman.

Seperti halnya dalam mengawali khithbah maka ketika akan mengakhiri khithbah dengan pembatalanpun harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf dan tidak menyalahi ketentuan syara’. Dalam membatalkan khithbah, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya alasan-alasan syar’i yang membolehkan pembatalan tersebut terjadi. Misalnya salah satu ataupun kedua belah pihak menemukan kekurangan-kekurangan pada diri calonnya dan ia menilai kekurangan tersebut bersifat prinsip (fatal) seperti dimilikinya akhlak yang rusak (gemar bermaksiat), berpandangan hidup yang menyimpang dari mabda islam, memiliki kelainan seksual, berpenyakit menular yang membahayakan, serta alasan-alasan lain yang dinilai dapat menghambat keberlangsungan kehidupan rumah tangga nantinya apabila berbagai kekurangan tersebut ternyata sulit untuk diubah. Selain pertimbangan berbagai uzur tersebut, pembatalan khithbah juga berlaku apabila adanya qada dari Allah Swt semisal kematian yang menimpa salah satu calon ataupun keduanya sebelum dilangsungkan akad pernikahan. Selain atas dasar alasan-alasan yang syar’i, maka pembatalan khithbah tidak boleh dilakukan, karena hal itu hanya akan menyakiti satu sama lain dan merupakan ciri dari orang-orang yang munafik, karena telah menyalahi janji untuk menikahi pihak yang dikhithbahnya.



Rasulullah saw bersabda:



Sifat orang munafik itu ada tiga; apabila berkata ia berdusta, bila berjanji, ia menyalahi, dan bila dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari)



Adapun berkaitan dengan sesuatu benda yang pernah diberikan sebagai hadiah/ hibah dan dilakukan sebelum pembatalan khithbah, maka sesuatu/benda tersebut tetap menjadi hak milik pihak penerima. Pihak pemberi, juga tidak boleh meminta kembali sesuatu/ benda yang pernah diberikannya tersebut.



Rasulullah Saw pernah bersabda:



Tidak halal seseorang yang telah memberikan sesuatu atau menghibahkan sesuatu, meminta kembali barangnya, kecuali pemberian ayah kepada anaknya (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmizi, dan Nasa’i dari Ibnu Abbas)



Muhammad Thalib (2002:76) mengungkapkan sebagai berikut, membatalkan pinangan adalah menjadi hak masing-masing yang tadinya telah mengikat perjanjian. Terhadap orang yang menyalahi janji dalam pinangan, islam tidak menjatuhkan hukuman materiil, sekalipun perbuatan tersebut dipandang cela oleh sebagian orang.



Mahar yang telah diberikan oleh peminang (untuk pernikahan nantinya) kepada pinangannya berhak diminta kembali bila akad pernikahannya tidak jadi (karena mahar itu hanya diberikan sebagai ganti dan imbalan dalam pernikahan). Selama akad pernikahan belum terjadi, maka pihak perempuan belum mempunyai hak untuk memanfaatkan mahar tersebut sekalipun telah ia dapatkan.



Adapun berbagai pemberian dan hadiah (selain mahar) maka hukumnya berbeda dengan hukum mahar, yaitu sebagai hibah. Secara syar’i, hibah tidak boleh diminta kembali, karena merupakan suatu derma sukarela dan tidak bersifat sebagai penggantian atas sesuatu. Bila barang yang dihibahkan telah diterima dari si pemberi, maka bagi pihak penerima barang tersebut sudah menjadi kepemilikan bagi dirinya dan ia berhak untuk memanfaatkannya.



Iwan Januar (2005:4) mengungkapkan bahwa sikap terbaik ketika seorang mukmin menghadapi kenyataan ini (pembatalan khithbah) adalah berserah diri kepada Allah Swt serta hanya memohon kebaikan kepada-Nya. Rasulullah Saw, bersabda:



Menakjubkan keadaan seorang mukmin! Sebab, segala keadaannya untuknya adalah baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: Jika ia mendapat nikmat maka ia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika ia menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya. (HR. Muslim)



Demikianlah sekilas pandangan tentang proses khitbah serta beberapa hal yang terkait di dalamnya, semoga dapat memberikan pencerahan dan motivasi kepada sahabat-sahabat untuk segera merealisasikan keinginan yang selama ini telah menggebu-deru, namun masih terpendam dalam seolah enggan untuk nampak kepermukaan karena terkekang oleh perasaan malu-malu dan unselfconffident. Padahal, sesungguhnya ia merupakan sesuatu yang wajar dan boleh kita lakukan dengan disertai adanya kesiapan untuk memikul apapun resikonya.



Wallahu’alam bi shawab. (www.syariahpublications.com)

Referensi:

An-Nabhani, Taqiyudin. 2001. Sistem Pergaulan Dalam Islam. Kitab Mutabanat Hizbut Tahrir. Bogor: PTI

Januar, Iwan. 2005. Bulan Madu Sepanjang Hari. Booklet. Bogor: Al-Azhar Press

Kurnia, MR. 2005. Memadukan Dakwah dan Keharmonisan Rumah Tangga. Booklet. Bogor: Al-Azhar Press

………………..2005. Menjalin Cinta Suci. Booklet. Bogor: Al-Azhar Press

Ramdhan, Syamsudin. 2004. Fikih Rumah Tangga. Pedoman Membangun Keluarga Bahagia..Bogor: Ide Pustaka
Thalib, Muhammad,Drs. 2002. 15 Tutuntunan Meminang Dalam Islam. Bandung: Irsyad Baitussalam
READMORE - Seputar Khitbah dalam Pandangan Islam

SMS Merah Muda

SMS Merah Muda

Posted by Farid Ma'ruf pada Juli 11, 2007



Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti.

Sender : Ikhwan +62817xxx

Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.



Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.



Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya

Sender : Akhwat +6281349696xxx

Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.



Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo ngaku! He he he



Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.



Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.



Konon, cerita tadi terus berlanjut.



Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???



Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.



Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.



Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.



Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.



Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.



Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!



Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya untuk mereka.



Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.



Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.



Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.

Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa

Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda. (www.baitijannati.wordpress.com)



Sumber : http://azzamq.multiply.com/journal/item/11
READMORE - SMS Merah Muda

Pernahkah Kita Jatuh Cinta

Pernahkah Kita Jatuh Cinta?
by Achmad Chabib Nursalim on Thursday, 24 February 2011 at 05:39

Pernahku merasakan perasaan itu. Perasaan yang membuat pipi memerah karenanya. Perasaan yang menggetarkan sisi fitrah manusia. Perasaan yang membuat hati penasaran. Perasaan itu yang mampu menghangatkan, atau bahkan membakar. Perasaan itu juga pernah dirasakan oleh semua orang, termasuk diriku. Itulah dia, dia cinta. Cinta? Cinta atau nafsu? Tafakuri perasaan itu, cinta ataukah nafsu.

Perasaan ini sangatlah mendasar bagi setiap manusia. Dia sebuah dorongan nurani yang tak boleh dipersalahkan. Islam, agama penuh cinta, tak menghalangi siapa pun untuk merasakan cinta. Termasuk para pendakwah yang berpeluh dan bejuang dalam dakwahnya. Mereka berhak atas cinta. Tak ada larangan seorang murabbi jatuh cinta, tak ada larangan seorang mutarabbi juga jatuh cinta. Ikhwan dan akhwat pun tak dilarang jatuh cinta. Islam tak melarangnya. Itu fitrah. Namun sekarang masalahnya, bagaimana mereka dan kita menanggapi perasaan ini? Apa kita menjadi pengendalinya, atau kita akan terkendalikan olehnya dan akhirnya ia bermetamorfosis menjadi nafsu.

Islam dengan segala keindahan di dalamnya sangat menghormati dan mengerti perasaan suci ini. Syari'at islam memberikan jalur yang tepat bagi ikhwan dan akhwat yang sedang dirundung cinta untuk menghadapinya. Apa-apa jalan yang diberikan? Dzalika nikah... Dengan nikahlah jalan secara syari'ah sebagai wujud dalam menjaga kesucian cinta. Nikah, bukan sebuah hal yang simple, jika seorang muslim belum mampu, maka shaumlah, karena dengan shaum bisa sebagai benteng. Benarkan bahwa islam mengerti perasaan umatnya yang sedang jatuh cinta.

Islam telah memberikan solusinya, kemudian mengapa banyak muslim yang "kreatif" mencari jalan yang lain? Tidak secara syari'at yang benar dalam menanggapi cinta, apa sebenarnya motifnya? Mungkin inilah bentuk pembodohan. Tapi anehnya, mereka yang mengambil jalan "kreatif" ini menggunakan istilah islam yaitu "ta'aruf". Substansi sama, hanya namanya saja yang berubah tapi tetap berisi budaya jahiliyah. Naudzubillah...ingat, islam punya jalur yang benar, nikah...

Sekarang apa kita masih mau mengikuti jalur kreatif itu? Tidakkah kita berhijrah? Agar cinta kita kepada dia yang telah menarik hati ini tetap suci dan terjaga, agar cinta kepada dia tidak mengalahkan cinta kepada Dia. Cinta suci yang merupakan rahmat bagi fitrah manusia tetap menjadikan kita sebagai makhluk yang berderajat. Cinta, rasa yang indah dan menghangatkan serta mampu membakar. Mari kita jaga cinta kita tetap dalam keridhoan Allah...

*catatan singkat ini ana dedikasikan untuk mereka yang sedang jatuh cinta dan sedang menjaga kesucian cintanya.
READMORE - Pernahkah Kita Jatuh Cinta

Virus Merah Muda

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Tiba-tiba ter-trigger untuk membuat status "Sudahkah ada yang mengkhitbah ukhty"? Aneh-aneh juga pikiran ini, tapi itu yang memang terjadi.

Hal yang "pinky-pinky" menjalar setiap pribadi kawula muda. Manusiawi sekali, sangat manusiawi, kodratnya memang seperti itu. Namun, bagaimana kita menjaga, hati ini tidak terjajah oleh virus merah muda ini, bagaimana kita menjaga agar virus ini tidak menjerumuskan kita kepada kenistaan, maksiat contohnya. Virus merah muda ini dapat menjadi sumber maksiat dan zina, setuju? Tapi kalau "ente" bisa menjaga secara syar'i, mengerti dan mau menerapkan koridor syari'atnya, virus berbahaya ini akan terasa syahdu dan indah, percaya?

Saya pribadi, sebagai remaja, hehehe...masak masih remaja, anak muda lebih tepatnya, juga pernah merasakan virus ini. Merasakan bagaimana deg-degan ketika ada Si Dia, pipi pun memerah ketika namanya disebut, membuat grogi ketika saya diajak berbicara. Jadi, virus ini membuat berbunga-bunga. Ingat Film Laskar Pelangi? Ketika Ikal yang suka dengan A Ling, sepupu dari A Kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama Toko Sinar Harapan. Padahal, dalam film ini, pertama kali, Si Ikal hanya melihat tangannya saja ketika A Ling menyerahkan sekotak kapur, digambarkan dengan cahaya dan bunga-bunga yang berjatuhan, begitulah mungkin yang dirasakan oleh kita ketika merasakan virus ini. Lucu dan menarik untuk dibahas.

Bagaimana dengan Islam, apakah Islam tidak peduli dengan kasus virus merah muda yang menyerang remaja muslim dan muslimah? Menurut saya, sangat peduli. Islam mengatur sedemikian rupa hubungan atau mu'amalah diantara umatnya, khususnya yang berbeda jenis dan bukan mahram. Pertama yang diatur tentang pandangan, Islam mengaturnya di dalam Surat An Nur ayat 30 dan 31 tentang menjaga pandangan seorang muslim dan muslimah.

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An Nuur [24]: 30)

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. ...." (QS. An Nuur [24]: 31)

Dari sawah turun ke kali, dari mata turun ke hati. Itulah virus merah muda. Pandangan mengawali bersemainya virus ini. Selanjutnya, sesudah padangan, timbul rasa tertarik akan diikuti ingin dekat dan tahu lebih jauh. Nah, disini ada banyak alternatif untuk dekat dengan Si Dia, melalui ketemuan dan berduaan (berkhalwat) serta ngobrol, melalui teman-temannya, dan melalui SMS yang pernah saya kutip di notes saya sebelumnya dengan judul "SMS Merah Muda". Ngomongin tentang berduaan atau berkhalwat, bagaimana secara syari'at? Berdua dalam hal bukan mahram ya. Berikut hadistnya:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua. ”(HR. Ahmad 1/ 18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/ 436], At -Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no.430)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash bahwasanya beberapa orang dari bani Hasyim masuk (menemui) Asma ’ binti ‘Umais, lalu Abu Bakar masuk –dan tatkala itu Asma’ telah menjadi istri Abu Bakar As-Siddiq- lalu Abu Bakar melihat mereka dan ia membenci hal itu, lalu iapun menyampaikan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia berkata, “Aku tidak melihat sesuatu kecuali kebaikan”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya Allah telah menyatakan kesuciannya dari perkara tersebut (perkara yang jelek) ”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar dan berkata, “ Setelah hari ini tidaklah boleh seorang laki-laki menemui mughibah (yaitu seorang wanita yang suaminya sedang tidak berada di rumah) kecuali bersamanya seorang laki-laki (yang lain) atau dua orang ”

Jelas sudah, Islam peduli terhadap kita, terhadap permasalahan anak muda, tentang virus merah muda misalnya. Memberikan koridor yang jelas, pasti, aman, dan diridhoi Allah. Sebagai seorang muslim dan muslimah, seharusnya kita mengikuti jalan yang islami. Setuju?

Selanjutnya, ketika sudah tertarik, sudah dekat, ini bisa berlanjut pada pacaran. Ada kemungkinan seperti itu. Ada banyak empirical evidence (bukti empiris), kata dosen makroekonomi, tentang fenomena ini. Tinggal bagaimana menyikapi.

Orang pacaran, dapatkah kita menjamin mereka tidak pernah bersentuhan walau "cuma" pegang tangan. Mungkin ada, tapi mana yang lebih dominan di antara keduanya? Haram, hukumnya menyentuh kulit lawan jenis yang bukan mahramnya.

Hadits Rasulullah SAW Dari Ma`qil bin Yasar dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR Thabrani dan Baihaqi)

Masya Allah, Rasulullah SAW sampai bersabda seperti itu. Bagaimana dengan kita? Jika sangat sulit menghindari hal seperti ini? Masalah yang kompleks, tidak mudah, kembali kepada diri kita. Menurut saya, cobalah menghindari kondisi seperti ini. Misalnya, kumpul-kumpul, nongkrong. Kondisi seperti ini rawan untuk saling bersalaman, termasuk lawan jenis. Kemudian bagaimana bagi yang pacaran? Sulit "mungkin" untuk mengindari, "bahkan" bisa lebih hanya sekedar salaman dan bergandengan tangan. Silakan "ente" yang menjalaninya berpikir lebih dalam, saya sudah menyajikan dasar hukumnya, sudah ada hujjah yang jelas dan pasti. Tinggal "ente" mengambil keputusan yang tegas demi terjaganya kebersihan hati.

Kawanku seiman, ada beberapa hal yang jika kita tidak mampu mengatur virus ini, kita akan terjerumus dalam kenistaan. Bagaimana agar kita terhindar? Untuk pandangan, jaga pandangan. Menunduklah ketika bertemu lawan jenis, jangan malah dipuas-puaskan memelototi. Kita tahu, pandangan pertama milik kita, halal, tapi ketika yang kedua dan seterusnya, itu sudah dibumbui pernak-pernik setan. Namun, bukan berarti kita memandangnya terus-terusan tanpa berkedip, itu sama saja. Jadi, tundukkan pandangan ya.

Untuk berkhalwat, saran dari ana, hindari. Jangan berduaan dengan yang bukan mahram. Ya, kalau ingin ketemu teman yang lawan jenis, ajaklah teman lain untuk menemani. Tentunya, ketemu teman tadi dalam hal yang ma'ruf. Hindari ya teman. Buat yang sudah terlanjur pacaran, kalau memang mau merestorasi diri, silakan sedikit-sedikit mengurangi frekuensi ketemu, berhubungan. Akhirnya, tali yang tidak syar'i tadi akan putus dengan halus. Cobalah, insya Allah niat restorasi diridhoi Allah. Hindari berkhalwat ya untuk mengindari fitnah, kecuali memang suka difitnah, hehehe...

Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram, hukumnya haram. Deal ya. Jadi, kita coba untuk tidak bersalaman dengan siapapun yang lawan jenis selain mahram. Berusaha menghindari situasi seperti itu. Untuk yang udah terkena virus merah muda, yang sudah pacaran. Coba tolak dengan halus, sedikit demi sedikit. Beri penjelasan tentang syar'i-nya, begini dan begitu hukumnya. Beri pengertian tentang niat berubah. Insya Allah, kalau niatnya lillahi ta'ala, akan dimudahkan. Jadi, semangat untuk berhijrah ya...

Sedikit saran dari saya di atas. Semoga dapat berguna buat kita semua. Alangkah indahnya ketika kita yang sedang terjangkiti virus merah muda ini mampu menahan, membenamkan dalam-dalam sampai di saat yang diizinkan Allah, antum ungkapkan. Jalannya melalui khitbah, kemudian nikah. Tidak perlu lama-lama, takutnya fitnah. Tentunya tidak se-simple itu. Silakan teman-teman baca notes saya yang berjudul "Indahnya Ta'aruf Secara Islami". Insya Allah itu judulnya. Indah ketika seorang ikhwan mengungkapkan perasaan kepada seorang akhwat:

"Sudah adakah yang mengkhitbah ukhty?" kata ikhwan.

"Belum akh," jawab si akhwat.

"Ana berniat mengkhitbah ukhty, apa ukhty menerima khitbah ana?" tanya ikhwan.

"Jika Allah menakdirkan anta jodoh ana akh, ana terima dengan ikhlas. Jika memang anta bukan jodoh ana, khitbah ini akan terputus secara syar'i" jelas akhwat.

"Jadi ukh?" tanya ikhwan.

"Ana terima khitbah akhy. Tiga hari lagi datang ke rumah ana beserta orang tua akhy untuk melamar ana," jawab ukhwat.

"Alhamdulillah...," seru ikhwan.

Senangnya ikhwan ketika khitbahnya diterima dan akhwat senang ketika seorang ikhwan mengkhitbahnya. Jadi senyum-senyum sendiri ketika menulisnya. Tapi, ingat, ikhwan dan akhwat tadi tidak berdua saja. Ada, mungkin saudara, kakak, paman. Yang penting, ketika itu jangan berkhalwat ya. Hemmm...senangnya,hehehe...

Sedikit celotehan dari saya tentang virus merah muda, ada banyak yang lebih punya solusi tentang ini. Saya hanya memberikan tips ringan untuk antum yang mau berhijrah. Semoga manfaat, maaf jika ada kesalahan. Intinya: "JANGAN DEKATI ZINA". Allahu a'lam.

Sumber: http://www.facebook.com/narojil/posts/1698997439154?ref=notif¬if_t=feed_comment#!/note.php?note_id=10150121494653501
READMORE - Virus Merah Muda

Indahnya Ta’aruf Secara Islami

Indahnya Ta’aruf Secara Islami

Posted by Farid Ma'ruf pada Mei 6, 2009







Zahrina Nurbaiti

Oleh : Zahrina Nurbaiti

BaitiJannati – Sengaja kugoreskan tulisan ini, kado untuk teman-teman FB ku yang sedang ta’aruf, atau yang akan melakukan ta’aruf secara Islami. Juga bagi pasangan yang sudah pernah melakukan ta’aruf Islami,kado tulisan ini kupersembahkan sebagai kenang-kenangan yang terindah yang pernah dilalui dahulu. Kudoakan semoga Allah SWT selalu memudahkan dan melancarkan ta’aruf Islami yang sedang atau akan berlangsung. Bagi pasangan yang sudah melakukan ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga kematianlah yang memisahkan kita dari pasangan kita. Aamiin

Bagi setiap aktivis da’wah, yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, tentunya harus memiliki kepribadian Islamiyyah yang berbeda dengan orang-orang yang belum tarbiyah tentunya. Salah satu akhlak (kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap ikhwan atau akhwat adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang dalam Islam tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani orang tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya ”Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”. Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah SWT, Rasulullah SAW, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah SWT.

Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, berikut pengalaman penulis 14 tahun lalu yaitu :



1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya

Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.



2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)

Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.



3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya

Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.

Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.



4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat

Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).

Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.



5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya

Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.



6.Menentukan Waktu Khitbah

Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.



7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan

Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.

Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.

Teriring doaku yang tulus kepada ikhwah dan akhwat fillah yang akan melangsungkan pernikahan kuucapkan ”Baarokallahu laka wa baaroka ’alaika wajama’a bainakumaa fii khoirin..

Dan bagi sahabat-sahabatku yang belum menikah, teriring doa yang tulus dari hatiku, semoga Allah SWT memberikan jodoh yang terbaik untuk semua baik di dunia maupun di akhirat..Aamiin ya Robbal ’alamiin. (www.baitijanati.wordpress.com)

Sumber : FB Ustzh Zahrina N
READMORE - Indahnya Ta’aruf Secara Islami

Selasa, 08 Maret 2011

Jika Kau Sedang Jatuh Cinta

"Bila kau cinta diriku karena Allah, kau memilihku
sebagai pendampingmu nanti juga karena Allah,
bersabarlah...tunggu ku di ujung waktu, tunggulah
dengan keikhlasan dan kesabaran. Tidakkah kau
tahu betapa manisnya buah kesabaran dan
keikhlasan itu. Tunggulah...jika kau tak sanggup
dan tak mampu, kita tak ada ikatan apa pun, ada
banyak mujahid yang lebih teguh dari diriku. Aku
harus meraih citaku, memperindah akhlakku agar
kumampu memimpin rumah tangga dengan
teguh. Kumampu menahkodai bahteraku nanti
dalam indah atau dalam badai. Tunggulah ku
diujung waktu, disanalah kunanti datang dan jika
Allah memang mengizinkan, kaulah yang akan
tinggal dalam bahteraku. Sekali lagi, tak ada ikatan
di antara kita, jika kau tak mampu menungguku
diujung waktu, naiklah dalam bahtera yang lain
dengan nahkoda seorang mujahid yang teguh.
Semoga Allah memberi keteguhan dalam
kesabaran dan keikhlasan. Semoga kau mengerti."
Sebuah ungkapan hati seorang ikhwan dalam
sebuah catatannya yang sebenarnya ingin dia
ungkapkan kepada seorang akhwat yang dia cinta,
tapi tak tersampaikan. Namun, karena dia lebih
cinta Allah, cinta agamanya, dia benamkan
cintanya dalam-dalam dalam lubuk hatinya untuk
nanti jika diujung waktu dia angkat kembali dan dia
layarkan dalam bahtera rumah tangga. Sebuah
keputusan tepat dan benar untuk melindungi
kesucian hati dan cintanya. Dia tahu dan dia takut
ketika sebelum diujung waktu dia sudah
bermu'amalah yang tidak syari'at, sikapnya itu bisa
mengotori hatinya. Dia tahu, walau hanya lewat
SMS, itu sudah termasuk zina, zina hati, jika tak
mampu menanggapi setiap SMS merah muda itu.
Ikhwan ini telah berpegang teguh dengan agama
Allah, Islam.
Sahabatku sayang, sudahkan kita mencoba
senantiasa menjaga hati kita tetap bersih. Menjaga
kesuciannya. Menjaga kesucian ini karena Allah,
bukan karena yang lain. Tahukah sahabat, ketika
hati kita tetap suci dan bersih, nanti, ketika di ujung
waktu, dia, yang kita nanti akan datang sebagai
bidadari, itu adalah balasan bagi kita yang mau
menjaga kesucian hati. Tidakkah kau mau
menunggu dalam kesabaran, sesungguhnya
begitu manis buah dari kesabaran itu.
Jika kubaca ungkapan hati ikhwan itu, ku jadi iri, ku
jadi malu. Ku belum mampu seperti dia yang
begitu menjaga mu'amalah dengan benar,
bersyari'at dengan teguh. Menjaga cintanya yang
teguh kepada Allah. Dia mencintai makhluk juga
karena Allah. Ku iri, tapi apa hanya iri? Bertindak, ku
harus bertindak memperbaiki akhlak dan
memperindah laku. Sahabat, kita harus
memperindah akhlak kita agar Sang Maha Cinta
tetap menjaga kesucian cinta kita. Karena Allahlah
yang Maha Menjaga.
Sahabat, cukuplah satu cinta kita, cinta kepada
Allah. Ketika kita telah cinta Allah, cinta itu akan
terdeferensiasikan kepada yang lain, kepada
Rasulullah, kepada orang tua, kepada istri/suami
kita kelak, anak-anak kita, saudara seiman dan
semuanya. Jaga cinta kita kepada Allah. Ada
sebuah pesan dari seseorang buat ana melalui SMS
yang beberapa kali pernah saya tulis di status
facebook saya:
"Bila dirimu sekarang sedang menunggu
seseorang untuk menjalani kehidupan menuju
ridho-Nya, bersabarlah dengan keindahan.. Demi
Allah, dia tidak datang karena ketampanan,
kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan. Tapi
Allah-lah yangg menggerakkan. Janganlah tergesa
untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum
Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai
adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih
mengetahui melainkan Allah?
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap
hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan
lebih indah disaat yang tepat.
-NN-"
Sahabatku sayang, jangan sampai cinta kita kepada
dia melebihi cinta kita kepada Dia.
Semoga bermanfaat.
*catatan ini untuk sahabatku semua yang sedang
menjaga cintanya dalam kesucian karena Allah...
Semangat yang akhi dan ukhty...
READMORE - Jika Kau Sedang Jatuh Cinta