Halaman

Rabu, 09 Maret 2011

ALLAH, TEMPATKU MEMASRAHKAN DIRI
by Achmad Chabib Nursalim on Tuesday, 15 February 2011 at 11:16

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Setiap detik yang senantiasa kita habiskan, kita lewati, kita jalani, kita rasakan, memiliki catatan, memiliki pertanggungjawaban. Menuntut kepada penjelajah waktu untuk menanggung biaya setiap detik yang ia lewatkan, yang ia nikmati. Akankah dia menikmati dalam kesederhanaan hidup atau dalam kehura-huraan yang kan fatal dalam membayarnya. Meninggalkan putaran waktu menuju putaran yang tak berakhir dalam keadaan tanpa hutang, atau dengan hutang menggunung? Catatan hutang noktah kita yang menjadi buktinya. Inilah hukum positif setiap makhluk, hukum yang mengenal asas retroaktif. Inilah hukum Allah, hukum yang tak tersangkalkan.

Ikhwah...sekian tahun kita telah lewati perjalanan, kitalah Sang Penjelajah Waktu itu. Kita yang menentukan ke arah mana kita melangkah, kepada kebathilan, atau kepada kebaikan. Menapakkan kaki kita di atas keimanan atau kemusyrikan. Melangkah dalam nafas islami atau dalam kekafiran. Kitalah, Sang Penjelajah Waktu, yang akan menentukannya. Janganlah salah langkah.

Ikhwan dan akhwat fillah, detik jatah kita semakin berkurang, semakin dekat kita dengan maut. Teman yang senantiasa mengiringi kita, dalam sadar atau tidur, dalam berdiri, duduk, dan berbaring. Dialah, maut, yang menjadi teman kita. Akankah Ia menjadikan maut sebagai sahabat terindah, atau mungkin sebagai sahabat terburuk. Dia, maut, adalah cerminan kita, Sang Penjelajah Waktu. Menjadi penyambut kita untuk melangkah kepada putaran waktu yang tak terbatas. Akankah bersambut kebahagiaan, atau mungkin kenistaan. Sekali lagi, kita penentunya.

Ikhwah...kita sadar, kita lemah, lemah dalam memilih. Namun, ini bukan alasan untuk menjadi salah langkah, salah memilih, kita punya Yang Maha Mengetahui, Dialah Ya 'Alim, yang mengetahui mana jalan terbaik. Dia tempat kita bertanya, Dia tempat kita mencurahkan isi hati, Dia sebenar-benar pembimbing, Dia pemilik kita. Dialah, Rabbana, Allah. Tidakkah kita mendekat kepada-Nya?

Sahabatku, mari kita renungkan sedikit tentang detik-detik yang lalu, sudahkan kita memanfaatkannya? Atau mungkin kita menyiakannya? Mari kita koreksi, kita korek kembali catatan masa lalu. Jika ternyata kesia-siaan adanya, mari kita insyafi, kita istighfar, kita mohon ampun atas segala kesalahan masa lalu. Mintakan doa atas dosa-dosa masa jahil kita. Dia, dan hanya dia Ya Ghofur, Dzat Yang Maha Mengampuni, Penghapus dosa-dosa kita, hambanya yang berserah diri.

Kawanku sayang, bilakah kita akan mulai menjadi hamba yang berpasrah? Agar detik hidup kita bermashlahat, tak lagi menyampah dan mengotori catatan waktu kita. Sekaranglah sahabatku yang kusayangi, sekarang, tak ada waktu lagi. Jangan sampai kawan kita, maut, menghampiri kita dengan wajah murkanya, bukan dengan wajah jelitanya. Mari kawanku yang kucintai, kita menapak dengan keimanan, melangkah dalam nafas keislaman menuju Dia, Dzat Yang Maha Agung, Dialah Ya 'Aziz, Dialah Ya Malik, Pemilik kerajaan alam semesta. Dan, hanya kepada-Nyalah kita, hamba yang nista, menuju, berpulang, berkumpul. Berkumpul di sisinya. Amin, insya Allah.

Ikhwan dan akhwat fillah... Allah yang mengetahui niat kita, niat dalam menjalani waktu. Karena kita adalah Sang Penjelajah Waktu, kitalah nahkodanya dan Allah sebagai Pembimbingnya. Semoga Allah meridhoi setiap detik kita dalam sebuah ibadah, karena ridho Allah yang menentukan bahwa kita hamba yang berpasrah atau malahan sebagai hamba yang durhaka karena keangkuhan. Naudzubillah... Allahu a'lam. Akhiru kalam...

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar