Halaman

Rabu, 09 Maret 2011

Tawakal, Bukan Pasrah...
by Achmad Chabib Nursalim on Wednesday, 02 March 2011 at 08:05

"Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri." (An Naml [27]: 31)

Sebuah ayat yang waktu itu menyentakkan pribadi saya. Ujian Akhir Semester (UAS) untuk semester 3 selesai, sebagai gerbang menuju semester 4. Saatnya menunggu dengan cemas tentang hasil, tentang kelulusan. Itulah ujian, tentunya untuk teman-teman di kelas 3 SMA, kelas 3 SMP, dan kelas 6 SD yang tidak lama lagi menghadapi Ujian Nasional (UN). Jika telah terlewati ujiannya, tinggal harap-harap cemas. Manusiawi, begitupun saya pribadi. Lulus tidak, ada ditangan Yang Menciptakan semut.

Sedikit cerita, pengalaman pribadi, pada UAS hari ke-8 saya blank waktu mengerjakan, apa yang telah dibaca, apa yang sudah dihafal, apa yang sudah dipahami hilang, gelap, entah mengapa, apa karena dosa yang saya lakukan atau apa. Ini mungkin pernah teman-teman alami juga, atau mungkin hanya saya saja. Semua dikerjakan dengan kreatif (baca: ngarang), dengan daya nalar yang luar biasa ngawur akhirnya ujian hari ke-8 selesai, keluar paling awal dengan hasil, Allahu a'lam. Saya dengar dari teman-teman, mereka keluar dengan sumringah dan saya sendiri sedih, takut. Takut mengapa? Teman-teman juga tahu disini sistem Drop Out (DO) tiap semester, IP di bawah 2,75 langsung berkemas ke kampung halaman. Cemas, benar-benar cemas, marah juga, astaghfirullahaladzim.... Mau bagaimana lagi. Allah yang menentukan.

Pulang dari kampus, rasanya ingin nangis, takut membuat orang tua kecewa jika hal buruk itu menimpa. Saya sholat, berdoa, alhamdulillah...lebih tenang. Setelah itu saya sms murabbi saya untuk kasih nasihat, berikut isi smsnya:

Saya:
"Assalamu'alaykum.
Mas ****, kaifa khaluk? Udah slesai UAS nya?
Afwan mas ana ganggu, ana lg down mas, bisakah mas **** kasih ana motivasi, tausiyah, atau kisah, atau apa aja biar ana bs bngkit kembali?
Jazakallah mas."

Murabbi:
"Wa'alaykumsalam
alhamdulillah ana bighair, wa anta? Antum kenapa akh? Down kenapa?"

Saya:
"Alhamdulillah ana jg baik mas.
Mungkin ini msalah hmpir setiap mahasiswa.
Ana gak tahu knp ujian hr ini yg seharusnya bs lancar, ana jd ngeblank mas, ana gak tahu.
Dr setiap soal yg ana jwb, lbh bnyak ngarang mas, ana bingung, takut jg, hari ini brbanding terbalik dr hari2 sebelumnya.
Gimana mas?"

Murabbi:
"Pesan ana cuma satu akh, sudah terjadi, dan tidak ada yang perlu disesali..
kalau kita sudah berusaha, maka kita harus berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik dari apa yang sudah diusahakan.."

Saya:
"Afwan baru blas mas.
Iya mas, smua udah trlewat dan tawakal, ana udah ikhtiar dg maksimal, apa pun hasilnya, itu yg trbaik. Insya Allah, amin.
Jazakallah mas."

Murabbi:
"Setuju akh, optimis dan tawakal..
waktunya untuk menyerahkan semua hasil kepada Allah swt..
ke depannya, harus lebih baik dari hari ini, setuju???"

Saya:
"Iya mas, bener, kedepan kudu lebih baik.
Tawakal kpd Allah, doa dg sbenar2nya, smoga Allah memberi yg trbaik."

Jadi curhat gini ya, tapi ini share pengalaman saja. Tentang ayat di atas, kita diharuskan berserah diri setelah berusaha dengan sekuat tenaga, dengan niat yang benar dan usaha yang maksimal. Istilahnya tawakal, bukan pasrah. Tawakal ketika sudah berusaha semaksimal mungkin, berserah kepada Allah tentang hasilnya dan menerima setiap hasilnya dengan legowo. Intinya bersyukur. Beda dengan pasrah, pasrah menunjukkan tidak syukur, kecenderungan kepada kesedihan. Jadi, mengapa sedih, takut, khawatir, dan cemas? Kita kan punya Allah. Tawakal ya kawan.

Kemudian ayat di atas juga menunjukkan tentang sombong. Sombong bagi mereka yang telah berusaha tidak diikuti dengan doa, dengan ketawakalan kepada Allah. Sombong tentang kemampuan yang dimiliki yang karenanya dia mampu seperti saat ini. Begitupun pada ayat berikut:

"Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (Al Mu'min [40]: 60)

Sombong. Ya, sombong bagi kita yang tidak mau berdoa. Allah benci kepada hambanya yang sombong. Adigang adigung adiguno. Yang menganggap dirinya paling wah, paling berjasa, paling bisa. Masya Allah, dzalika takabur. Allah tidak suka kepada hambanya yang takabur. Namun, siapa yang merasa dirinya tawadu', maka sebenarnya dia takabur. Di dalam Al Hikam menjelaskan seperti itu. Kalau merasa tidak takabur, dia sebenarnya takabur. Memang begitu lembut setan bermain di atas kebaikan. Semoga kita terhindar dari sikap yang "merasa". Amin.

Jadi, ketika sudah selesai, telah berusaha, kita kembalikan semuanya kepada Allah. "Innalillahi wa innailaihi roji'un". Tawakal ila Allah, insya Allah kecemasan yang kita rasakan tentang hasil yang tidak diinginkan, tidak akan menghantui kita. Dengan tawakal lebih memberikan ketenangan. Dengan tawakal, hati ini bisa lebih dekat dengan-Nya. Karena tahukah kalian, ketenangan ini milik-Nya. Allahu a'lam.

Catatan ini khususnya untuk saya pribadi, untuk teman-teman saya yang baru selesai ujian. Insya Allah kita zero DO, selamat liburan. Dan untuk teman-teman yang sebentar lagi ikut UN, USM STAN, SNMPTN, semoga berhasil ya. Amin. Tawakal ya teman.... Allah bersama kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar