Halaman

Rabu, 09 Maret 2011

Pernahkah Kita Jatuh Cinta

Pernahkah Kita Jatuh Cinta?
by Achmad Chabib Nursalim on Thursday, 24 February 2011 at 05:39

Pernahku merasakan perasaan itu. Perasaan yang membuat pipi memerah karenanya. Perasaan yang menggetarkan sisi fitrah manusia. Perasaan yang membuat hati penasaran. Perasaan itu yang mampu menghangatkan, atau bahkan membakar. Perasaan itu juga pernah dirasakan oleh semua orang, termasuk diriku. Itulah dia, dia cinta. Cinta? Cinta atau nafsu? Tafakuri perasaan itu, cinta ataukah nafsu.

Perasaan ini sangatlah mendasar bagi setiap manusia. Dia sebuah dorongan nurani yang tak boleh dipersalahkan. Islam, agama penuh cinta, tak menghalangi siapa pun untuk merasakan cinta. Termasuk para pendakwah yang berpeluh dan bejuang dalam dakwahnya. Mereka berhak atas cinta. Tak ada larangan seorang murabbi jatuh cinta, tak ada larangan seorang mutarabbi juga jatuh cinta. Ikhwan dan akhwat pun tak dilarang jatuh cinta. Islam tak melarangnya. Itu fitrah. Namun sekarang masalahnya, bagaimana mereka dan kita menanggapi perasaan ini? Apa kita menjadi pengendalinya, atau kita akan terkendalikan olehnya dan akhirnya ia bermetamorfosis menjadi nafsu.

Islam dengan segala keindahan di dalamnya sangat menghormati dan mengerti perasaan suci ini. Syari'at islam memberikan jalur yang tepat bagi ikhwan dan akhwat yang sedang dirundung cinta untuk menghadapinya. Apa-apa jalan yang diberikan? Dzalika nikah... Dengan nikahlah jalan secara syari'ah sebagai wujud dalam menjaga kesucian cinta. Nikah, bukan sebuah hal yang simple, jika seorang muslim belum mampu, maka shaumlah, karena dengan shaum bisa sebagai benteng. Benarkan bahwa islam mengerti perasaan umatnya yang sedang jatuh cinta.

Islam telah memberikan solusinya, kemudian mengapa banyak muslim yang "kreatif" mencari jalan yang lain? Tidak secara syari'at yang benar dalam menanggapi cinta, apa sebenarnya motifnya? Mungkin inilah bentuk pembodohan. Tapi anehnya, mereka yang mengambil jalan "kreatif" ini menggunakan istilah islam yaitu "ta'aruf". Substansi sama, hanya namanya saja yang berubah tapi tetap berisi budaya jahiliyah. Naudzubillah...ingat, islam punya jalur yang benar, nikah...

Sekarang apa kita masih mau mengikuti jalur kreatif itu? Tidakkah kita berhijrah? Agar cinta kita kepada dia yang telah menarik hati ini tetap suci dan terjaga, agar cinta kepada dia tidak mengalahkan cinta kepada Dia. Cinta suci yang merupakan rahmat bagi fitrah manusia tetap menjadikan kita sebagai makhluk yang berderajat. Cinta, rasa yang indah dan menghangatkan serta mampu membakar. Mari kita jaga cinta kita tetap dalam keridhoan Allah...

*catatan singkat ini ana dedikasikan untuk mereka yang sedang jatuh cinta dan sedang menjaga kesucian cintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar